Kamis, 11 Juni 2015

Inikah Fungsi Gunung ?



Cukup lama sepertinya ku tak meraba blog usang ini. Mohon dimaklumi saja lah, proposal magang dan berbagai laporan praktikum mengantri untuk segera di selesaikan.

Perlahan ku mengenang bagaimana proses pertama kali ku berkenalan dengan kegiatan mendaki. Gunung Arjuno via purwosari, track pertama yang kulalui dalam pendakian perdana yang dapat dibilang "Pendakian beneran" karena sebelumnya aku juga pernah mendaki gunung Panderman, tetapi hanya sebagai latihan fisik karena setelah mencapai puncak langsung turun kembali dengan hanya menenteng air dan roti sebagai bekal. Banyak orang bilang kalau seperti itu namanya tek-tok, entah dari mana asal usul kata tersebut.

Well, kembali lagi pada topik di awal. Pertama kali saya mendaki esensi yang saya rasakan dari kegiatan tersebut adalah ketenangan, kejernihan pikiran serta relaksasi batin. Gunung notabene merupakan tempat tirakat, pengasingan diri dari hiruk pikuk dunia. Tempat bagi orang yang ingin melupakan sejenak dunia ramainya hanya demi fokus untuk menggapai tujuan seperti mendekatkan diri pada sang pencipta, Mengistirahatkan fikiran yang lelah dirundung suara bising pergulatan dunia.

Banyak raja maupun priyayi zaman dahulu yang mencari ketenangan jiwa dengan bermeditasi di atas gunung. Bahkan ada pula yang sampai "mukso" atau menghilang karena telah mencapai tingkat abadinya setelah bertapa di atas gunung. Sungguh gunung bukan merupakan tempat sembarangan yang hanya tercipta untuk memenuhi hasrat manusia.

Indah bentang alam serta kesempurnaan pemandangan memang merupakan magnet yang kuat bagi para manusia yang haus akan objek keindahan. Tapi bukankah relaksasi dan ketengan pikiran juga didapat salah satunya dengan memandang objek keindahan tersebut ? Adakah yang berfikir bahwa sejatinya keindahan tersebut diciptakan bagi insan yang ingin mencapai ketenangan abadi ? 

Siapakah yang tidak rindu dengan suasana tenang dan hawa "adem ayem" gunung. Mungkin semua yang pernah merasakan akan mendapat candu untuk kembali. Benar-benar suasana yang pas untuk melakukan ibadah atau sekedar bertapa mengingat kepadaNya. Adakah yang mengira bahwa tujuan utama diciptakannya gunung adalah untuk beribadah mengingat padaNya.

Bullshit memang jika saya sendiri tidak terinfeksi candu dari gunung. Tetapi sebisa mungkin seharusnya kita menghormati atau paling tidak meng"ada"kan tuan rumah yang menempati gunung tersebut. Bukankah dalam ajaran agama telah diajarkan supaya kita menghargai serta menghormati sesama ciptaan ?. Bukan hanya manusia yang memiliki bumi ini. Banyak makhluk hidup lain yang kita anggap mereka hanyalah benda mati atau bahkan kita anggap tidak ada.
Tuan rumah yang berjalan tuk mengais makanan diatas tumpukan sampah para tamu
Sungguh percuma jika hanya berambisi menaklukan puncak dan mencari bukti agar orang lain terkagum atas pencapaian yang mungkin hanya dapat dirasakan segelintir orang. oke lah kalo kita hidup sepuluh sampai dua puluh tahun yang lalu. Masa dimana peralatan masih minim, jalan masih tertutup semak, dan penunjuk arah hanyalah fenomena alam. Sungguh kontras dengan hari ini yang mana peralatan semakin lengkap dan memadai.

Mendaki gunung telah kehilangan esensinya. Banyak orang beranggapan bahwa gunung merupakan tempat wisata seperti umumnya. Ya, tempat wisata. Sudut pandang ini yang membuat gunung tak lagi sakral dan perlu dihormati. Hingga banyak sekali niat buruk yang memanfaatkan ketenangan dan sepinya gunung.

Tentu masih ingat santernya berita yang menyatakan banyak kondom ditemukan di kawasan B29. Apa yang ada di benak kalian ? Freak bukan ?. Tak mungkin ada barang seperti kecuali memang ada niat sebelumnya. Bagaimana jika kalian adalah tuan rumah dan rumah kalian digunakan untuk hal tidak bermoral seperti itu ? Tentu kalian akan marah besar.
Kelakuan para tamu yang tak bermoral
Mungkin perumpamaan tersebut terlalu frontal untuk diutarakan. Tetapi ingat, itu adalah realita yang terjadi. Gunung bukan lagi tempat menempa jiwa dan mengasah kemantapan hati. Fungsinya telah bergeser sebagai tempat bersenang-senang dan berpesta bahkan melakukan hal yang dilarang agama.

Walaupun demikian, memang perlu usaha untuk dapat mendaki gunung. Tak sedikit tenaga yang harus dikeluarkan untuk mencapai destinasi yang hendak dituju di atas gunung. Fisik yang kuat serta tubuh yang fit memang harus disiapkan sebelum memulai pendakian. Tak terkecuali pengetahuan serta keterampilan juga harus dimatangkan jika tidak ingin celaka di alam bebas.

Kembali lagi, mungkin akibat sudut pandang yang telah berbelok yang membuat para pendaki hanya menyiapkan tekad tanpa ada persiapan. Menurut saya itu bukan lagi tekad tetapi itu disebut nekat. Pernah  saya dan teman-teman Gamananta didatangi 2 orang perwakilan rombongan dari kota metropolitan saat kami bersiap untuk summit menuju mahameru,

Permisi mas, mau muncak ke mahameru ya ?
Iya mas, jawab mas rifqy
Boleh kami dan rombongan gabung mas ? soalnya kami tidak ada yang tahu jalur menuju Puncak, ini pertama kalinya saya kesini.

Saya yang berada di samping mas rifqy tentu langsung berfikir negatif. Apa sih tujuan mereka sampai puncak ? Berfoto dan memamerkan ke medsos ? Hanya itu kah? Sungguh tujuan yang memuakkan. Mungkin beribu-ribu orang yang akhir ini memadati TNBTS memiliki tujuan demikian, hanya ingin menunjukkan bahwa dia mampu berdiri di atas puncak tertinggi di pulau jawa.

Arogansi demikian bukanlah hal yang perlu dibanggakan. Hanya demi sebuah foto, nyawa mereka pertaruhkan dengan tidak melakukan persiapan yang matang. Masih hangat berita tentang mahasiswa yang terjun bebas ke kawah merapi hanya demi foto yang jika salah pencet juga terbuang percuma ke recycle bin. Seharusnya hal demikian tidak perlu terjadi.

Sepertinya memang sudah saatnya kita harus kembali mawas dan berhati-hati jika hendak bertandang ke gunung. Banyak hal yang perlu diperhatikan mulai dari kesiapan fisik dan mental serta perbekalan dan perlengkapan yang memadai untuk hidup di alam bebas. Tidak lupa pernghormatan terhadap para tuan rumah juga perlu dilakukan supaya mereka juga segan terhadap kita. Secuil harapan dari saya, gunung bukan hanya dianggap sebagai tempat wisata, tetapi gunung merupakan tempat sakral yang diciptakan dengan tujuan pengasah batin dan penempaan jiwa untuk menjadi pribadi bermartabat mulya. 

"Sebuah negara tidak akan kekurangan sosok pemimpin jika generasi mudanya sering berpetualang di hutan, gunung dan lautan" - Henry Dunant
Jauhar Web Developer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar