Minggu, 22 Maret 2015

Pos Demi Pos Jalur Mistis Purwosari


Photo credit :Rifqy Faiza Rahman (http://papanpelangi.co/)

Mendung menggelayut sore ini. Mengingatkan akan kisah perjalanan setahun silam bersama teman-teman Gamananta. Tepatnya tanggal 11-13 Februari 2014, melintasi lebatnya alas lali jiwo menuju Pos 5 pendakian gunung Arjuno via Purwosari, Eyang Mangkuturomo. Jalur Purwosari sebenarnya merupakan jalur yang diperuntukkan kepada para peziarah sebab banyak sekali tempat yang dikeramatkan. Karena itulah tiap pos memiliki nama dan hawa yang “mistis”.

Berikut ini adalah beberapa pos pendakian gunung arjuno via purwosari :

1.Goa Ontobogo
Gerbang masuk Guo Onto Boego
(sumber : http://kparastapala.blogspot.com/)

Setelah berjalan sekitar satu jam dari basecamp Tambakwatu maka kita akan sampai di pos 1 yaitu Goa Ontoboega. Nama Onto Boega sendiri berasal dari kata “anta” yang berarti tanpa batas dan “boega” yang berarti kelokan. Sehingga anta boega dapat diartikan naga yang memiliki kelokan yang tanpa batas (sangat besar).

Pengambilan nama Anta Boga bersumber dari nama tokoh dalam dunia pewayangan yang bernama Sang Hyang Antaboga atau Sang Nagasesa alias Sang Hyang Basuki. Tokoh ini memiliki wujud seekor naga dan menjadi penguasa dasar bumi.

Dari depan terlihat adanya patung naga kembar dan gapura bertuliskan “Guo Onto Boego” Yang merupakan pintu masuk jika kita ingin menuju goa ini. Disini kami hanya beristirahat sebentar karena tujuan kami malam ini adalah menginap di pos kedua yaitu Eyang Tampuono.

2. Tampuono
Pos 2 Tampuono
(sumber : http://zacky-achmat.heck.in/)
Sore hari telah menjelang saat saya mulai berjalan dari basecamp Tambakwatu. Untuk mencapai pos ini dibutuhkan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan.Dan saya pun tiba di pos 2 ini saat langit telah gelap. Penerangan yang ada hanyalah senter yang menempel dikepala.

Begitu tiba di pos 2 ini, saya langsung disambut oleh gonggongan anjing milik kuncen pos Tampuono. Sebenarnya saya dan teman-teman Gamananta ingin mendirikan tenda, tetapi oleh kuncen pos 2 kami disuruh untuk menginap saja di pondok para peziarah yang banyak berdiri di pos ini.

Sumber air disini cukup melimpah. Untuk mengambil air kita perlu berjalan sekitar 15 menit mengikuti jalan semen kearah Sendang Dewi Kunti. Di sumber air ini juga terdapat kamar mandi yang diperuntukkan bagi para peziarah. Disini pun terdapat bangunan dan makam yang bertuliskan Dewi Kunti.

3. Eyang Sakri
Pos 3 Eyang Sakri
Esok harinya setelah menyiapkan sarapan pagi kami segera pamit kepada kuncen pos 2 untuk melanjutkan perjalanan. untuk menuju pos 3 hanya dibutuhkan waktu yang cukup singkat yaitu sekitar 10 menit. Di pos 3 Eyang Sakri ini saya hanya berhenti sejenak untuk melepas lelah sembari menunggu teman-teman yang tertinggal di belakang.

Di pos 3 ini terdapat bangunan kecil semacam petilasan yang tertutup rapat. Biasanya tempat ini digunakan para peziarah untuk bertapa atau untuk mencari apa yang mereka inginkan. Tentunya bagi mereka yang percaya barang klenik seperti itu.

4. Eyang Semar
Pos 4 Eyang Semar
Hanya sejenak saja saya singgah di pos 4 ini. Hanya sekedar melepas lelah setelah dihajar dengan trek yang terus menanjak tanpa bonus. Pos 4 ini dijuluki pos Eyang Semar karena konon tempat ini merupakan tempat singgah Eyang Semar saat mengantar Wisnu yang akan bertapa di Mangkutarama.

DI tempat ini terdapat gubuk-gubuk yang dibangun oleh para peziarah dan dapat digunakan untuk bermalam. Tak lupa terdapat arca Eyang Semar yang menghadap ke arah timur. Dibelakang gubuk juga ditemukan sumber air yang mengalir dari pipa menuju bak penampungan.

Sejenak beristirahat, kami bertemu seorang pendaki yang bermalam di salah satu gubuk. Dari penuturannya dia telah seminggu disitu dan telah bolak-balik menuju puncak ogal-agil. Setelah arjuno dia berencana untuk mendaki gunung-gunung yang lain sepulangnya dari sini.

5. Eyang Mangkutoromo
Pos 5 Eyang Mangkutoromo
Dari pos 4 Eyang Semar kibaran bendera merah putih dan militer terlihat. Itulah pos 5 Eyang Mangkutoromo. Destinasi saya kali ini hanyalah menginap di pos ini. Saat itu memang pendakian menuju puncak masih di tutup sehingga saya tidak melanjutkan perjalanan menuju puncak.

Pos Eyang Mangkutoromo memiliki pelataran yang cukup luas. Sehingga walaupun terdapat gubuk yang cukup besar saya dan teman-teman memilih mendirikan tenda agak jauh dari gubuk. Dari sini puncak ogal-agil terlihat sangat kecil. Menandakan perjalanan untuk mencapai puncak masihlah jauh.

Mula-mula anjing milik kuncen pos 5 ini kurang ramah terhadap saya. Terus menggonggong dan seperti mengancam. Tetapi kejadian suatu pagi saat saya pergi mengambil air menjadikannya jinak terhadap saya. Saat saya mengambil air anjing tersebut datang bersamaan dengan 7 anjing liar lainnya terus menggonggong dan hendak menyerang saya. Cukup lama saya memperhatikan matanya tetapi lama kelamaan satu persatu dari mereka pergi. 

Setelah sarapan pagi dihari ketiga saya dan teman-teman Gamananta merapikan tenda dan pamit kepada kuncen pos eyang mangkutoromo untuk segera turun. Pukul 9 pagi kami kembali melangkah tetapi kali ini turun untuk kembali menuju Malang.

Jauhar Web Developer

1 komentar: