Minggu, 15 Maret 2015

Hari Cerah Untuk Pacitan [Part 3] (End)



Hujan mengguyur pagi kedua kami di Pacitan. Langit gelap sempat memutuskan asa untuk sekedar berjalan mencari camilan. Duduk santai bercengkrama sambil menggenggam teh buatan bulek Afri cukup meredakan rasa dingin. Rencana kami hari ini yaitu sekedar mengunjungi goa-goa yang tersebar di Pacitan.

Sebenarnya terdapat ratusan goa di Pacitan, hanya saja yang telah booming hanya beberapa seperti goa gong, goa putri dan goa tabuhan. Terbatasnya waktu yang kami miliki memaksa kami hanya mengunjungi goa gong. Goa yang menjadi salah satu ikon penarik wisatawan dari berbagai penjuru.

Pukul setengah 10 hujan mulai reda dan langit kembali membiru. Segera Saya dan Topek membuka  terpal yang menutupi sepeda motor kami. Suara mesin motor pun bersahutan. Sebelum berangkat tak lupa kami menyiapkan kamera, tripod dan juga senter.  For your information, di goa gong jika kita tidak membawa senter maka akan selalu dikejar-kejar pedagang yang menyewakan senternya.

Sebelum mencapai bibir goa kita harus berjalan meniti anak tangga dan melewati pasar yang menjual berbagai cendera mata khas Pacitan. Patung dwarapala juga siap menyambut para wisatawan yang berkunjung. Oiya, di sekitaran tempat parkir dapat kita temukan para pedagang yang memamerkan batu akiknya. Salah satu potensi kota Pacitan memang.

Berfoto sebelum memasuki goa gong
Blower-blower besar berputar dalam tubuh goa. Mengalirkan udara segar dan membuat sirkulasi udara tetap terjaga. Warna warni lampu bak pelangi menerangi setiap relung goa. Stalaktit dan stalakmit saling menghujam memberi goresan bentukan alam eksotis khas gugusan karst Gunung Sewu. Tetesan-tetesan air berguguran dari stalaktit yang menggantung. Suasana lembab begitu menyeruak, sensasi tersendiri memang.

Ini sebab kami datang di pertengahan musim penghujan, jalan yang licin, kelembaban tinggi, bahkan air menetes bak gerimis. Resiko memang, tetapi pagar besi yang terpasang sebagai lintasan perjalanan di dalam goa cukup membantu. Goa ini memang telah disentuh oleh pihak pariwisata Pacitan sehingga sarana prasarana juga telah terkelola dengan baik. 

Panorama dalam goa yang memukau
Puas berkeliling goa, kami putuskan untuk segera pulang. Kami memang harus kembali menuju Malang sebelum sore. Kondisi jalanan di daerah wisata goa gong sangatlah mempesona. Jalan berkelak-kelok yang sangat mulus dengan pemandangan batu karst berbentuk “conical hills” yang menjulang disisi kanan dan kiri dapat membuat kita lupa bahwa kita berada di Indonesia. 

Sebelum masuk ke perkampungan nenek Afri kami berhenti sejenak di depan goa kalak. Goa ini berada di desa Kalak Donorojo Pacitan. Cukup samar terlihat, tetapi jika kita memperhatikan dengan seksama maka akan terlihat tulisan besar “GOA KALAK” yang mulai tertutup semak belukar. Konon goa ini merupakan pertapaan Prabu Brawijaya dan juga pernah digunakan sebagai tempat tirakat para tetinggi Negara.

Goa kalak belum terkelola dengan baik
Rutinitas kembali melintas di angan-angan. Setelah istirahat sejenak dan menyantap makan siang saya segera merapikan baju dan barang-barang lainnya. Tak lupa berpamitan dengan seluruh anggota keluarga, bersalaman dan minta doa agar selamat diperjalanan. Pukul 2 siang kami siap menempuh jalan panjang menuju Malang. Melewati berbagai kota dan siap meniti petualangan di kesempatan berikutnya.





Jauhar Web Developer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar